Hari itu aku
sedang banyak pikiran. Di atas motor itu, aku memikirkan apa yang sedang
terjadi pada hidupku. Cuacanya sedikit panas, namun cukup adem karena banyak
pepohonan. Angin juga semilir bertiup. Jadi, aku ga ngebut mengendarai motor,
seperti yang biasanya aku lakukan.
Aku liat di sisi
kanan jalan, seorang cowok yang sedang mengendarai motornya juga nampak santai.
Aku pikir dia juga sedang menikmati cuaca yang indah itu. Sampai aku dapatin
bahwa dia sudah berada di sisiku, mepet dengan motorku.
Dengan tangan
kanan tetap memegang stang motor, tangan kirinya mulai meraih ke arah leherku,
di situlah terletak kalung perak yang aku beli beberapa bulan lalu. Dia
mengerahkan tenaga dan berhasil menariknya.
Saat itu aku kaget
karena sedang galau, jadi yang kulakukan hanyalah berteriak. Aku berusaha membuat
motorku tidak jatuh. Aku berusaha menjauh dan mau menendang motornya, tapi
ternyata dia sudah kabur duluan membawa kalung senilai Rp 300.000an itu. Aku
sempet liat dia ngebut sambil melihat ke tangannya, hasil penjambretan yang
baru dia lakukan.
Mungkin saat itu
dia kecewa, karena langsung fokus ke arah jalan lagi. Pantas aja sih dia
kecewa, karena kalung itu sudah ‘berlumuran’ benang dari setiap pakaian yang
aku kenakan. Jadi kalung itu terlihat murahan. Ga tau juga sih apakah dia buang
atau gimana pada akhirnya.
Kayaknya dia emang
udah biasa menjambret deh. Sayang aku ga liat plat kendaraannya. Yang kutahu
hanyalah orangnya berbadan atletis, sedikit coklat, dan menggunakan motor
putih.
Tapi ada 2 hal
yang aku syukuri dari kejadian itu. Yang pertama, aku bersyukur aku tidak jatuh
ataupun terluka. Itu menurutku karena kaitan kalungnya udah ga kencang jadi
mudah ditarik. Jadi sebulan yang lalu, kalung itu sempat rusak kaitannya, jadi
aku benerin aja apa adanya. Ternyata, rusaknya kaitan membuat kalung itu mudah
dijambret. Aku ga jatuh bahkan leherpun hanya merah sedikit. Yang kedua, dia
mengincar kalungku dan bukannya tasku yang juga aku panggul di depan bahu. Coba
yang dia incar tas, aku setidaknya jatuh dan banyak barang berharga yang bisa
raib. Setidaknya, menyusahkan banget untuk buat KTP baru misalnya.
Satu lagi hilang
dalam hidupku, kalung putih yang memang kuinginkan ada di leherku. Suatu hari
nanti, aku juga akan kehilangan yang lainnya. Meski mungkin aku mendapatkan hal
yang baru, tapi aku kehilangan juga. Kita belajar banyak dari rasa kehilangan
ini. Ada yang nggak berani lanjut karena takut hilang dan gagal, ada yang tidak
menyerah dan tetap bangkit untuk hal baru. Ada yang merasa sangat terluka dan
ga mau mengalaminya lagi, namun ada yang terus mencoba.
Kalau kamu
kehilangan sesuatu, jangan sampai itu membuatmu takut dan tidak berani mencoba
lagi. Jangan takut gagal, jangan menyerah. Manusia yang hidup di dunia ini,
setidaknya sudah menang dari satu juta sperma lainnya agar bisa hidup di dunia
ini.