Tuesday, July 21, 2015

4 Cara Berbeda Bayar Kendaraan Umum di Indonesia

Udah lama tinggal di Jakarta, saya baru tahu kalau ada pembayaran yang cukup aneh. Biasanya sih, orang banyak mengenal 3 cara bayar kalau naik angkutan umum, tapi saya pengen nekenin cara bayar keempat. Mengapa? Karena yang satu ini, cara bayarnya unik banget. Cukup menggugah rasa, hehehehe. Ini dia cara bayar yang saat ini kita kenal :

1. Bayar di Muka
Ini biasanya ada di stasiun busway, stasiun monorel, dan akan ada di stasiun MRT yang sedang dibangun. Artinya, seseorang membayar lebih dahulu sebelum masuk ke dalam kendaraan umum yang dia tumpangi. Pembayaran jenis ini tentu saja mengurangi penumpang gelap dan sangat umum diterapkan di manapun juga.

2. Bayar Saat Sudah di Dalam
Pembayaran jenis ini biasanya terjadi di dalam angkotan umum, misal di bus atau mini bus. Pembayaran jenis ini biasanya memakai perantara yang disebut kenek, dimana dia akan ngider (keliling) buat narikin ongkos. Nah, biasanya ada aja penumpang yang nakal. Pura-pura tidur biar dikira udah bayar, yang ngotot bilang udah bayar juga ada. Ini sih emang berdasarkan kejujuran.

3. Bayar Saat Turun
Bayar saat turun ada di angkotan mikrolet dan sejenisnya seperti bemo, dll. Juga berlaku untuk taksi, bajaj, becak, dll. Bayar saat turun ini juga umum dan juga mengurangi kecurangan penumpang. Tapi ada juga sih yang bayar kurang terus langsung lari. Dipanggil si abangnya, dia terus aja jalan.

4. Bayar Dengan Ditagihin Penumpang
Penumpang nagih penumpang lainnya buat bayar ongkos angkutan? Nah, ini yang paling aneh. Pertama kali saya naik kendaraan ini, saya rada gimana gitu. Lucu sekaligus menarik juga ya. Ini terjadi di kendaraan sejenis mini bus. Kalau yang tinggal di Bekasi dan sekitarnya, mungkin kejadian ini jadi biasa aja. Waktu itu saya dari Cikarang mau ke Jakarta, saya naik angkotan 59.
Jadi mobil akan jalan saat penumpang sudah mencukupi kuota, saya lupa kuotanya harus berapa, kita anggap aja 20 orang. Jadi, saat udah penuh, mobilnya baru jalan. Di tengah jalan, akan ada seorang sukarelawan yang rela jadi tukang tagih. Semua penumpang akan bayar ke dia, dia yang akan ngasih kembalian dan menghitung kembali uangnya sesuai dengan kuota. Misalnya ongkos Rp 5000. Jadi 20 x Rp 5000 = Rp 100.000. Nah, pak sopir tahunya akan dapat Rp 100.000

Napa ini unik? Karena cara bayar jenis ini ngajarin para penumpang gimana untuk mengambil keputusan di dalam menjadi 'kenek', mengajarkan penumpang lainnya untuk jujur dalam memberi, mengajarkan gimana untuk melayani orang lain, yang terutama belajar untuk tidak egois dan bertanggung jawab di dalam hal yang seharusnya dia bisa aja cuek.

Menurutku, ini salah satu tradisi yang baik yang harus dipertahankan. Bener ga?
seorang wanita yang mengambil tanggung jawab untuk jadi 'kenek'. Penumpang lain terkadang ada pula yang membantu mengambil uang dari penumpang lainnya untuk dikumpulkan di 'kenek' ini - foto by horizone fotografi/lois horiyanti