Thursday, June 11, 2015

Angeline, Malaikat 8 Tahun yang Dipatahkan Sayapnya Secara Paksa

Delapan tahun lalu, seorang bocah mungil lahir dari Rosidi dan Hamida. Suami istri asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu senang sekaligus sedih menyambut kedatangan sang buah hati. Mereka tak memiliki uang sedikit pun untuk membiayai kebutuhan hidup bayi mungil tersebut.


Seorang kerabat mengenalkan Rosidi dan Hamida dengan pasangan suami istri yang bertempat tinggal di Denpasar, Bali. Demi masa depan sang buah hati, maka orangtuanya mengijinkan Margaret dan suaminya yang berkewarganegaraan asing, untuk mengangkat bayi mungil itu sebagai anak. Bayi itu pun menjadi anak mereka sejak dia baru berusia 3 hari dan kemudian diberi nama Angeline.




Angeline tumbuh besar dengan kedua saudara angkatnya bernama Christine dan Ivone. Dia diberikan tugas khusus yaitu harus memberi makan sekitar 50 ayam sebelum berangkat ke sekolah, ini menurut pengakuan wali kelasnya. Namun, jika dia melalaikan tugas tersebut, Angeline sering dimarahi oleh ibu angkatnya, ujar Agus sang sopir yang akhirnya menceritakan semuanya setelah jasad Angeline ditemukan. Bahkan Angeline harus jalan kaki berangkat ke sekolah dan karenanya sering telat.

Bagaimana ceritanya pembunuhan Angeline terjadi? Pada 16 Mei 2015, tutur Ipung seorang aktivitis mengulang pengakuan Agus, sopir yang baru seminggu kerja di rumah tersebut dan mengaku tahu banyak kasus ini. Angeline saat itu tengah menggambar di kamarnya. Lalu, Margaret memanggil Angeline. Bocah yang masih duduk di bangku kelas 2 SD itu pun berlari menuju kamar ibu angkatnya tersebut. Namun, tiba-tiba terdengar jeritan pilu Margareth dan menyebut-nyebut nama Angeline. Ini kisah lengkapnya.

Pada malam harinya, Agus mengaku dipanggil Margareth dan memintanya untuk menguburkan Angeline di dekat kandang kuda. Kemudian, Margareth melaporkan anaknya hilang saat bermain di depan rumah. Angeline dilaporkan hilang saat bermain di depan rumahnya, Sabtu (16/5/2015) sekitar pukul 15.00 Wita, oleh orangtua angkatnya. Namun, sampai sekarang Margareth tidak mau mengakui keterlibatannya. Ini kronologi pelaporan hilangnya Angeline.

Rabu, 10 Juni 2015, jasad Angeline pun ditemukan. Ini berita tentang penemuan tersebut. Menurut hasil otopsi, Angeline mengalami kematian karena luka di kepalanya. "Yang menyebabkan kematiannya adalah kekerasan tumpul pada wajah dan kepala yang mengakibatkan pendarahan pada otak. Kita menyimpulkan bahwa waktu kematian dari korban adalah sekitar tiga minggu yang lalu," kata Kepala Bagian SMF Kedokteran Forensik RS Sanglah, Denpasar, Bali, dr Ida Bagus Putu Alit, Rabu (10/6/2015).

Ada yang menyebut bahwa pembunuhan Angeline didasarkan pada motif warisan yang dia terima. Beritanya di sini. Saat ini Agus dijadikan tersangka karena berdasarkan pengakuannya sendiri, dia telah memperkosa Angeline setiap hari, sejak pertama kali dia kerja di rumah tersebut, selama seminggu sebelum dibunuh. Ini laporan dari Siti Sapurah, anggota P2TP2A, salah satu lembaga layanan bagi korban kekerasan terhadap perempuan. 

Anak yang seringkali mengalami penganiayaan biasanya tidak mau bercerita tentang hal itu. Selain menyakitkannya, kejadian itu membuatnya merasa tak berharga. Dia menganggap hal itu terjadi karena kesalahannya. Karena itu, dia tidak akan bercerita.

Pada akhirnya, yang jadi korban tetaplah anak-anak. Jangan biarkan hal ini terjadi lagi. Orang dewasa harusnya lebih peduli, karena merekalah generasi penerus bangsa. Jika mereka dirusak, lantas bagaimana nasib bangsa ini? Bagaimana nasib mereka dan bagaimana luka itu akan merusak mereka, masa depan yang seharusnya indah.

Mulai sekarang, jika Anda melihat kejanggalan di sekeliling Anda terutama yang terjadi pada anak-anak silahkan hubungi Komisi Perlindungan Anak Indonesia di :


Jl. Teuku Umar No. 10 Gondangdia Menteng Jakarta Pusat DKI Jakarta, Indonesia
Telepon:
(+62) 021-319 015 56
Fax:
(+62) 021-390 0833
Email:
info@kpai.go.id
humas@kpai.go.id
pengaduan@kpai.go.id
Web:
www.kpai.go.id

Foto dan sumber berita : dari berbagai sumber

Wednesday, June 10, 2015

Apa yang Kau Inginkan, Perbuatlah Terlebih Dahulu

Saya abis denger khotbah tentang toilet. Gini ceritanya. Ketika itu, pendeta saya pengen pipis di pesawat. Ketika dia masuk toilet, dia ngeliat kalau tissue berserakan di lantai toilet. Dia kesel karena kok ada orang yang jorok banget yaa...

Katanya, dia sih suka ngomel dan kemudian biarin tuh tissue dalam keadaan apa adanya. Tapi kemudian dia berpikir, gimana kalau orang yang akan pipis berikutnya ngeliat dia keluar dari toilet. Bukankah orang itu akan berpikir dia yang buang tuh tissue?

Hal ini mengubah cara pandangnya. Menurutnya, apa salahnya kita membuang tissue yang dibiarkan orang lain ke tempat yang semestinya? Hal ini tentunya diperlukan kerelaan untuk buang, dan kerelaan untuk menyentuh sesuatu yang menurut sebagian besar kita suatu hal yang menjijikkan.

Pendeta saya tuh ngomong gini, "Jadi, apa yang kau inginkan, perbuatlah hal itu terlebih dahulu." Kalau pengen bersih, ya lakukanlah kebersihan itu. Jika pengen kedamaian, buatlah kedamaian itu di dalam hidupmu dan orang-orang di sekelilingmu.

Lantas, apa yang saya temukan kemudian? Setelah ibadah, saya ke toilet dan saya menemukan ini :

Kayaknya, kisah tentang toilet itu harus langsung saya praktekkan. Sebenernya, jijik sih karena itu kan bekas orang. Anehnya lagi, saya sendiri ga ngerti kenapa tuh tissue bisa nempel di situ yaaa..

Ga banget deh dan ga abis ngerti kenapa tissue bisa nempel di dinding toilet. Jadi, dengan tekad yang kuat dari dalam hati yang paling dalam, saya kemudian ambil tissue bersih dan kemudian ngambil tuh tissue dengannya dan buang ke tempat sampah, sebelumnya saya foto dulu tentu saja buat bukti, hehehhe.

Kadang ya, kita 'dipaksa' untuk menunjukkan integritas kita, manusia seperti apa kita sebenarnya saat dihadapkan dengan masalah. Kalau kita disudutkan pada beberapa pilihan, apakah yang akan kita lakukan? Hei, hal ini mungkin kedengarannya sepele, tapi kalau kita lakukan dengan konsisten berdasarkan prinsip yang kita anut, lama-lama kehidupan kita akan berjalan sesuai dengan integritas kita itu.

Misalnya, kita tidak bisa mengatakan bahwa kita adalah orang yang paling benci rokok. Tapi kemudian, kita pun menjual rokok. Selama kita ga ngerokok, toh gpp. Ini artinya, ada yang salah dengan integritas yang kita bangun. Kalau memang tidak suka rokok, yang pertama kita tidak merokok, tidak menyarankan orang lain untuk merokok, dan juga segala hal yang berhubungan dengan rokok kita singkirkan.

Itulah sebabnya, pada akhirnya kita bisa bilang kepada orang lain yang merokok, hal itu ga bagus buat kesehatan. Jika kita saja menjual rokok, lalu apa bedanya? Lama-kelamaan, orang-orang yang tahu kita tidak suka rokok, mereka akan mulai sadar diri dan sebisa mungkin tidak merokok di depan kita. Itulah mengapa kita harus terlebih dahulu berbuat seperti apa yang kita inginkan, saat kita menginginkan orang lain perbuat hal itu untuk kita.

Semoga berguna dan selamat hidup konsisten dengan integritas hidup yang Anda punyai.....

Monday, June 8, 2015

Good Husband = Good Family

Ada satu kejadian yang membekas di hidup saya saat saya hendak mengajar kemaren. Di angkot itu, saya dapat satu hal ini "SUAMI YANG BAIK MENGHASILKAN KELUARGA YANG BAIK". Itu membuat saya ingin mendapatkan kualitas yang sama di dalam diri suami saya kelak.

Siang itu, saya naik angkot 43 menuju Bantar Gebang. Awalnya sih ga saya perhatiin keluarga ini karena ya terlihat biasa aja. Kebetulan saya duduk di sebelah istrinya, anaknya berhadapan dengan kami duduknya, sementara sang suami duduk di depan, di samping abang sopir yang penuh tato di tangannya.

Saya cukup heran ngeliat betapa sang anak cewek, yang notabene udah remaja, suka tersenyum pada ibunya sendiri saat ibunya bicara. Bahkan dia tidak terlihat seperti remaja yang sedang mencari jati diri, jika kamu tahu maksud saya. Dia tahu persis bahwa dia ingin menghabiskan waktu liburannya dengan ayah ibunya. Dia tersenyum saat ibunya menyilahkan saya duduk di sampingnya, bukannya hanya melihat gadget seperti yang dilakukan banyak anak  lainnya.

Beberapa saat kemudian, sang ayah menoleh ke belakang. Awalnya, saya ga tahu kalau itu ayahnya, tapi ternyata dia bicara dengan sang istri. Saat bicara itupun, tak sekalipun matanya melirik 'nakal' melihat wajah yang lain. Tatapannya tertuju ke sang istri. Saya tahu karena saya sendiri melihatnya. Ternyata dia menunjukkan suatu tempat yang kayaknya merupakan tempat kenangan mereka. Ibunya pun lalu bilang gini ke anaknya, "Rumah sakit itu nggak berubah. Waktu ibu datang dulu juga gitu..." Anaknya tersenyum mendengar itu. Saya ambil kesimpulan, mungkin itu rumah sakit tempat anaknya dilahirkan? Hehhehe, mungkin aja kan...

Saat penumpang mulai agak penuh di bagian belakang, anaknya pun pindah ke depan. Taukah kamu apa yang dilakukan sang ayah? Dia terus bicara dan bicara sambil meletakkan tangannya di belakang bahu sang anak. Beberapa kali bahkan sempat membuat sopir angkot yang galak dan penuh tatoan itu pun tersenyum. Hal itu juga menarik perhatian saya. Seolah-olah dunia mereka mengecil dan di dalam angkot itu hanya ada mereka berdua. Saya jadi tahu mengapa anaknya merasa secure/nyaman ketika berada di dekat ortunya. Dia ngeliat bahwa mereka udah kayak temen. Bahkan anaknya ngomong gini ke bapaknya tanpa ragu, "Abisnya, bapak ngomong mulu sih..." sambil tertawa. Tapi ayahnya terus aja bicara, seolah-olah itulah waktu yang mereka punya dan dia ingin menghabiskan waktu itu dengan anaknya.

Saat udah hampir mencapai tujuan, sang suami langsung ngeluarin uang buat bayar angkot. Tahu ga apa yang dia lakukan setelah itu? Bersama anaknya, dia nungguin istrinya turun dengan agak susah karena pake hak tinggi. Dia nangkep tangan istrinya yang hampir jatuh dan kemudian seperti mau menciumnya gitu. It's makes me amazed. Setelah angkot berjalan, saya terus memperhatikan bagaimana mereka dituntun sang suami nyeberang. Tapi kejadian itu membekas banget lho di hati saya.

Saya ngeliat ada dua wanita, yang satu dewasa, yang satu remaja menyerahkan hidup mereka sepenuhnya dalam tangan sang suami karena mereka tahu si suami akan ngasih yang terbaik dan peduli pada mereka. Bahkan sang suami ga malu-malu buat nunjukin cinta itu kepada anak dan istrinya. Hal itu membawa pelajaran yang luar biasa dalam hidup saya.

Suami / ayah yang baik, karena mereka adalah kepala rumah tangga, akan membawa keluarganya menjadi keluarga yang harmonis. Hal yang sebaliknya juga begitu. Karena banyaknya saya melihat keluarga yang tidak harmonis, maka ketika menemukan kejadian seperti ini membuat saya sadar betapa jauh berbedanya.

Kita tidak bicara tentang agamanya, pendidikannya, atau latar belakangnya. Tapi kita bicara tentang hatinya dan bagaimana hatinya itu meluap dalam bentuk tindakan cinta buat keluarganya.  Sayangnya, saya ga ambil foto mereka. Kalau nggak kan, bisa dipajang nih...

ini buat ilustrasi aja, itu keluarga kakak saya di atas :D