Aku mendengar suara tuts keyboard yang ditekan oleh teman-teman di sekelilingku. Bunyinya punya irama yang sama. Pada akhirnya, irama itupun terdengar di dalam otakku. Ada suara yang sama saat aku bertanya di dalam hati. "Apa yang harus kulakukan?"
Aku hanya terdiam dan menunggu, tak tahu kemana arah yang harus kutuju. Aku hanya bisa merenung dan mengharapkan ada jalan keluar.
Thursday, August 15, 2013
Aplikasi FirTu di Dalam Hubungan
Hari ini aku galau banget. Aku berusaha meraih mimpi tapi ternyata ga berhasil.
Aku semakin dapati kalau Firman Tuhan itu benar adanya. "Sebab setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." (Mat 7:24-25).
Kalau rumah itu dianggap sebuah hubungan, maka yang kudirikan adalah hubungan di atas pasir mungkin. Kami mendirikan 'hubungan' ini bukan dengan Firman Tuhan tapi dengan pengertian kami sendiri. Kami berusaha satu sama lain saling menjatuhkan saat masalah datang.
Sayangnya, kami suka mengikuti ego masing-masing dan tidak mau mengalah. Kalau saja kami saling mengalah dan membaca ayat, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman," (Amsal 15:1a) maka kami mungkin berubah.
"Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?" kata Paulus (1Kor 6:7)
Mengapa? Mungkin kami takut disakiti, takut dicemooh, apalagi sampai diinjak-injak. Kami belum mengerti arti sesungguhnya tentang perintah Tuhan, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat 22:39). Untuk orang yang kami sayangi sekalipun, kami belum bisa memberikan kasih yang seperti itu.
Tuhan, susah sekali mengaplikasikan apa yang Engkau ajarkan...padahal aku mengaku sebagai pengikut-Mu, aku mau jadi seperti-Mu, yang mengasihi tanpa batas. Tuhan, tapi aku mau belajar.
Aku semakin dapati kalau Firman Tuhan itu benar adanya. "Sebab setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." (Mat 7:24-25).
Kalau rumah itu dianggap sebuah hubungan, maka yang kudirikan adalah hubungan di atas pasir mungkin. Kami mendirikan 'hubungan' ini bukan dengan Firman Tuhan tapi dengan pengertian kami sendiri. Kami berusaha satu sama lain saling menjatuhkan saat masalah datang.
Sayangnya, kami suka mengikuti ego masing-masing dan tidak mau mengalah. Kalau saja kami saling mengalah dan membaca ayat, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman," (Amsal 15:1a) maka kami mungkin berubah.
"Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?" kata Paulus (1Kor 6:7)
Mengapa? Mungkin kami takut disakiti, takut dicemooh, apalagi sampai diinjak-injak. Kami belum mengerti arti sesungguhnya tentang perintah Tuhan, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat 22:39). Untuk orang yang kami sayangi sekalipun, kami belum bisa memberikan kasih yang seperti itu.
Tuhan, susah sekali mengaplikasikan apa yang Engkau ajarkan...padahal aku mengaku sebagai pengikut-Mu, aku mau jadi seperti-Mu, yang mengasihi tanpa batas. Tuhan, tapi aku mau belajar.
Subscribe to:
Posts (Atom)