Thursday, July 26, 2018

Si Gajah yang Baik Hati - Episode 1

Di suatu hutan, ada seekor gajah yang terkenal baik hati. Sang gajah suka memberi pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Dia lakukan semuanya tanpa pamrih. Di hutan itu, sang gajah terkenal karena hal tersebut. Dia tidak pernah lelah untuk menolong, tidak juga pernah mengeluh karena dimintai pertolongan.


Pernah suatu hari, gajah melihat harimau yang galak sedang dalam kesusahan. Harimau ini tidak pernah ramah kepada siapapun. Dia selalu mengaum dan menakuti yang lain. Namun, meskipun sikap harimau itu jelek, termasuk kepada dirinya, gajah tetap menolongnya. Saat itu sang gajah melihat harimau sedang mengiris kesakitan. Ternyata, harimau tertindih oleh sebuah pohon yang tumbang.

“Gajah, tolong aku...”
“Sebentar, aku akan ke sana... Mengapa kamu bisa tertindih pohon?”
“Sewaktu aku sedang berlari mengejar mangsa, pohon itu tiba-tiba saja rubuh. Aku tidak sempat mengelak. Jadi aku tertindih. Sekarang aku sangat kesakitan.”
“Oke, aku akan segera mengeluarkanmu.”

Gajah lalu mengangkat pohon tersebut dengan belalainya yang kuat dan besar. Begitu terangkat, harimau langsung keluar dari himpitan. Dia mengelus-elus tubuhnya sebentar. Bukannya berterima kasih, melihat gajah sedang membereskan pohon tersebut agar binatang lain nanti mudah lewat, harimau punya pikiran yang jahat. Bagaimana kalau dia makan daging gajah? Dia tidak pernah makan daging gajah sebelumnya. Siapa tahu enak? Begitu pikirnya.

Saat itu, harimau langsung menggigit kaki sang gajah. Jangankan kena ke dagingnya, kulit kaki sang gajah begitu tebal seperti besi. Sama sekali tidak bisa digigit, bahkan gigi harimau jadi sakit dibuatnya. Sang gajah yang sudah mulai menyingkirkan pohon itu kemudian mendepak harimau dengan kaki.

“Hei harimau, mengapa kamu tidak tahu berterima kasih? Aku sudah menolongmu, tapi engkau malah mencoba menggigitku.”
“Aku lapar gajah. Aku melihat tidak ada salahnya kamu beri aku sedikit dagingmu.”
“Aku gajah yang baik hati tapi tidak bodoh. Kalau nanti jalanku pincang, aku jadi tidak bisa membantu yang lain. Kamu cari saja makananmu. Aku akan ingat bagaimana kamu memperlakukan aku yang telah menolongmu ini.”

Tanpa berkata apa-apa lagi, harimau langsung lari meninggalkan tempat itu. Dia takut jikalau gajah nanti berubah pikiran dan langsung menginjaknya, padahal dia masih sakit akibat tertindih pohon dan ditendang gajah.


Sang gajah juga meneruskan perjalanannya menyusuri hutan tersebut. Sampailah sang gajah di pinggir hutan yang berbatasan dengan tempat tinggal manusia. Beberapa waktu kemudian, dia melihat sang kancil yang sedang asyiknya makan mentimun. Mentimun itu dia ambil dari ladang petani yang ditanam dekat hutan. Gajah mengamati kelakuan sang kancil.

“Hei kancil, mengapa kamu berbuat jahat?”
“Apakah kejahatan yang aku lakukan? Aku hanya menikmati mentimun kesukaanku saja kok.”
“Kamu makan mentimun yang ditanam oleh pak tani. Itu kan artinya kamu mencuri milik orang lain.”
“Gajah, kamu ga perlu banyak ribut. Toh bukan mentimun kamu ini. Aku juga ambil cuma sedikit, ga akan merugikan petani tersebut.”

Setelah makan beberapa buah mentimun, si kancil kehausan. Dia mencari sumber air. Dia langsung menuju ke sungai. Saat itu memang sedang musim kemarau panjang. Setibanya di sungai, dia dapati sungainya sudah mengering.

Kancil nekat memberanikan diri ke pemukiman manusia. Dia ingat di sana ada sumur yang tidak begitu dalam. Kancilpun segera berangkat. Setelah dilihatnya tidak ada manusia, kancil pun terjun ke dalam sumur. Pikirnya, nanti dia akan melompat kembali keluar dari sumur.
Setelah puas minum, kancil pun melompat keluar dari sumur. Anehnya, dia tidak bisa menggapai atas sumur. Meski memang tidak begitu dalam, namun lompatannya kurang tinggi untuk dapat keluar dari sumur tersebut. Merasa panik, kancil berteriak ketakutan.

“Tolong, tolong aku...”
“Tolong, aku terjebak di dalam sumur...”
“Siapapun juga, kemarilah dan tolong aku...”

Tiba-tiba kepala gajah nongol.

“Gajah, tolong bantu aku.” teriak kancil ketakutan sekaligus lega.
“Tapi tadi kan kamu bilang, aku ga usah ikut campur.”
“Tidak gajah, aku mohon. Kamu benar dan apa yang kamu katakan juga benar. Aku bersalah telah mencuri mentimum milik pak tani. Harusnya aku mencari makananku dengan cara yang halal. Cepat tolong aku gajah...”
“Baik, tapi kamu harus tepati janjimu ya...”
“Baik gajah...”

Gajah, yang memang hatinya begitu baik, mengulurkan belalainya yang panjang ke dalam sumur. Si kancil segera meraih belalai gajah tersebut dan kemudian langsung lari.

Kancil malah sempat berkata, “Terima kasih gajah, aku akan ingat untuk tidak masuk ke dalam sumur lagi. Tapi aku perlu hidup. Jadi, aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk tidak mencuri mentimun lagi. Selamat tinggal gajah...” kata kancil sambil cepat-cepat kabur.

Bersambung...

1 comment:

  1. Iron ore - Titanium Art Institute
    Iron ore - Titanium titanium exhaust wrap Art Institute. Iron ore - Titanium titanium white dominus price Art Institute. - Iron ore - Titanium Art Institute. Iron ore - Titanium Art Institute. titanium 4000 Iron ore - Titanium Art titanium water bottle Institute where to buy titanium trim

    ReplyDelete