Monday, April 24, 2017

Belajar Kehidupan Yuk dari Berkendara

Aku sering banget naik motor. Pengen sih naik mobil, tapi mungkin belum saatnya. Saat naik sepeda motor itu, aku bisa belajar banyak lho, bukan hanya skill bermotor aja tapi juga tentang kehidupan. Seriously, i learned something. Nah, coba ya kamu baca dan lihat sendiri bener nggaknya.

Saat Motorku ada di Belakang Mobil
Kalau jalanan lagi sepi, aku bisa dengan mudah melihat jalanan mana yang enak buat dilewati sampai jauh ke depan, tapi aku paling sebel kalau ada di belakang mobil. Aku jadi ga bisa ngeliat lubang dan ga tahu kemana harus melangkah.

Gitu juga dengan kehidupan. Waktu ga ada hambatan, rasanya masa depan bisa kita raih mau kemana aja bisa kita tuju. Namun, ketika penghalang menghadang pandangan kita, kita mulai tersesat. Kadang tiba-tiba menerobos lubang yang tidak kelihatan. Kadang harus berhenti tiba-tiba. Kadang kita seperti bingung mau ke kiri atau ke kanan, jalan yang mana yang bisa kita tempuh.

Saat Motorku Tidak Punya Kaca Spion
Aku terbiasa menggunakan kaca spion jadi saat kaca spionku patah sebelah, aku sangat sengsara. Aku harus melihat ke belakang setiap kali aku mau belok atau mau ke kanan/kiri. Beda banget saat ada kaca spion, aku bisa melihat ke spion aja, mau menambahkan kecepatan atau mengurangi kecepatan, harus berbelok atau belum, aku bisa melihat apa yang di belakangku dengan kaca spion.

Nah, kaca spion itu laksana pelajaran dari masa lampau. Kita perlu belajar melihat pelajaran apa yang bisa kita ambil dari masa lampau.Sudahkah kita berjalan menuju masa depan yang gemilang ataukah kita melakukan perbuatan yang sama sehingga hasilnya pun gitu-gitu aja.

Saat Aku Mau Ngebut
Ada saatnya, aku bisa melarikan motorku dengan kecepatan 80km/jam. Btw, motorku ada Supra Fit X keluaran tahun 2008. Saat ngebut, aku senang pada angin yang menerpaku. Selain itu, kadang juga karena kepanasan, jadi aku pengen cepet nyampe. Apapun alasannya, aku lumayan sering ngebut. Cuma ya pada saat ngebut, aku butuh konsentrasi tinggi.

Kalau dalam kehidupan, ngebut itu bagaikan saat dikejar target, target apapun yang lagi pengen kita raih. Mulai dari pekerjaan sampai target masa depan kita. Kita ingin meraih target itu, kita mulai berkonsentrasi dalam mencapainya, jangan sampai jatuh. Kita perlu mesin (tubuh) yang tangguh dan kita perlu bensin (tenaga) yang cukup. Jika tidak, mustahil bisa dicapai.

Saat Ada Rambu-Rambu Lalu Lintas
Polisi tidur memang membuat kita harus pelan-pelan. Apalagi kalau plang "Hati-hati, banyak anak-anak." Kita kudu waspada dengan rambu-rambu yang ada. Bagaimana kita harus stop saat lampu merah, bagaimana kita harus hati-hati saat ada plang segitiga merah, dan lain sebagainya.

Kita juga memerlukan rambu-rambu dalam kehidupan kita agar kita dapat berjalan di koridor yang aman. Misalnya saja, ada rambu-rambu peringatan bagaimana pacaran yang sehat, rambu-rambu tentang bagaimana menghasilkan uang yang halal, bagaimana kita bersosialisasi dengan sesama. Semua itu perlu kita pelajari agar kita dapat berlalu lintas dengan aman.

Saat Tersesat
Ya, tersesat saat berkendara pasti bisa dong. Kita jadi bingung sendiri, kok bisa ke tempat tersebut. Tapi akhirnya kita jadi tahu jalan yang benar.

Pernahkah kamu tersesat dalam kehidupan? Kenapa kita bisa sampai di kehidupan yang seperti itu? Jangan salahkan siapa-siapa, jangan juga salahkan Tuhan. Tanpa kita sadari, kita sendiri yang memutuskan untuk ada di situ. Tapi setelah kita tahu itu, kembalilah pulang ke jalan yang benar.

Saat Bensin Mau Habis
Kita jadi deg-degan, cukup nggak ya bensinnya. Kenapa kok belum ada juga pom bensin untuk kita isi ulang? Kita jadi makin ga karuan. Gimana kalau harus dorong? Udah panas, ya pasti berat tuh motor.

Ini sama kayak kapak yang sudah tumpul, kita perlu tenaga yang lebih besar untuk menebang. Kita jadi ga karuan tapi butuh keluar banyak pikiran. Ada kalanya, kita harus isi dulu. Isi dengan relaksasi, pikiran positif, dekat Allah, menikmati musik, bersantai di pantai, apa saja yang membuat kita rileks. Jangan lupa isi dulu tenaga kita.

Saat Berboncengan
Saat kita berboncengan, ingatlah bahwa ada orang di belakang kita. Kita jadi jangan gegabah dan melarikan motor seenaknya. Orang yang kita bonceng juga punya sifat yang bermacam-macam, kita perlu tahu sampai seberapa berani dia ketika kita bonceng.

Saat kita berboncengan dengan orang lain seperti partner kerja ataupun pasangan hidup, kita perlu mengenal karakter mereka dan hidup berdampingan dengan rukun. Kalau partner kerja sih mungkin bisa berakhir, tapi kalau partner hidup harusnya tak boleh berakhir. Jadi, manusia memang menajamkan manusia. Itulah sebabnya kita bisa tumbuh dewasa
foto pribadi

Thursday, April 20, 2017

Cinta Monyet

source : google
Jaman sekarang anak-anak lebih terbuka ya. Klo aku dulu mah, cinta monyet dari kelas 6 SD tapi diem-diem aja, ga berani ngomong. Jangankan ngomong ke keluarga, ngomong ke sobat sendiripun nggak. Ya maklum aja, pemalu banget aku orangnya.

Ga begitu dengan sepupuku yang masih duduk di kelas 3 SD. Sepupuku yang masih kecil itu, suatu hari cerita kalo ada yang dia suka. Dia bahkan udah tanya ke gurunya dan kata gurunya hal itu wajar-wajar aja. Jadi sering dia ngeliat diem-diem gitu.ke arah cowok yang dia suka Kalo malem (ini ceritanya ya), dia bakal bayangin apa yg terjadi siang harinya termasuk pertemuan dengan someone special tersebut.

Lalu ada cerita lain lagi. Baru beberapa lama perjalanan setelah menjemputku dan mama dari bandara, dua keponakanku yang merupakan kakak adik saling menuding satu sama lain sudah suka sama seseorang, bahkan ada yang manggil "mami" ke ortu orang yang dia sukai ini. Mereka bicara gitu di hadapan papa mamanya, tantenya yaitu aku, dan juga di depan neneknya. Nampaknya hal yang begitu wajar.

Malam berikutnya, keponakanku yang cowok cerita tentang orang yang disukainya. Dengan polos, dia bercerita bahwa sudah dua kali dia duduk sebangku dengan cewek ini. Lantas aku tanya aja, "Emang guru boleh?"

"Boleh, bahkan guru yang atur supaya aku duduk sebangku dengan dia," begitu jawabnya.

Hal ini bisa terjadi karena di sekolahnya setiap seminggu sekali ada pergantian teman sebangku. Kalo dulu perasaanku, kita boleh di bangku mana aja dan milih dengan siapa kita mau duduk sebangku deh jadi ga pindah-pindah, sebangku terus dengan teman yang kita suka. Yang pasti, kalo udah gitu, aku ga bakalan mau sebangku dengan orabg yang kusuka. Soalnya rasanya ga karuan pasti rasanya, bisa-bisa ga konsen belajar deh.

Makanya lalu kutanya apakah dia konsen saat duduk sebangku dengan orang yang dia suka. Keponakanku langsung menjawab "Tidak."

Ya terang aja...

Hahahahha

Penasaran, malam berikutnya aku tanya dia lagi. Emang kenapa dia suka sama cewek ini? Menurutnya, karena dia sangat cantik. Hmmm, emang secantik apa ya? Sekarang ini, banyak anak-anak yang emang cantik atau cakep dan menggemaskan.

Tapi itu memang masalah hati, cantiknya menurut keponakanku ini belum tentu cantik bagi orang lain. Namun, aku jadi mengerti juga sedikit banyak mengapa cinta monyet itu ada.

Menurut aku, itulah pertanda bagaimana seseorang bisa dianggap normal, karena hormon yang ada di dalam tubuhnya bekerja sesuai dengan yang Tuhan rancangkan. Meskipun saat ini, LGBT sudah dianggap lumrah, namun tidak menurut kodrat sejatinya manusia.

Jadi, wajar-wajar aja kalau sejak kecil kita sudah punya perasaan suka terhadap lawan jenis. Namun, jika perasaan suka itu ada untuk sesama jenis, maka kita perlu berhati-hati. Jika kita tanyakan pada anak kita (aku sendiri sih belum punya) tentang cinta monyetnya, jika dia tak mau cerita apa-apa. Berhati-hatilah terhadap dua kemungkinan yang ada di dalam pikiranku ini. Yang pertama, dia memang tidak menyukai lawan jenis. Yang kedua, dia tidak cukup percaya kepada kita untuk menceritakan cinta monyetnya ini, termasuk ketika tidak mau cerita pada kita karena takut dilarang.

Karena itu, jika anak-anak bisa cerita seperti itu, karena dia percaya pada kita dan dia yakin bahwa hal itu wajar adanya. Jadi, jangan melarang anak untuk jatuh cinta. Lama-kelamaan cinta monyet itu pasti akan berlalu kok. Bukankah kita sendiri tahu bagaimana akhirnya? Hanya untuk dikenang. Meski mungkin, dalam kejadian langka, ada juga sih yang malah jadi suami istri berkat cinta monyet.