Wednesday, March 26, 2014

Pelajaran Hidup dari Pak Satpam di Kantorku

Namanya Pak Yunus D. Wanggai. Dia seorang satpam di kantor tempat aku bekerja. Aku baru mengetahuinya tadi siang kalau dia sudah meninggal dunia, karena ginjalnya bermasalah. Dia harus selalu cuci darah. Aku pernah melihatnya saat dia masih sehat. Dia kelihatan begitu gagah. Namun penyakit membuatnya lemah. Dia terlihat seperti kakek-kakek umur 70 tahun, badannya sangat kurus padahal dia baru berusia 40 tahun-an.
Ketika dia sudah sakit, dia masih harus bekerja. Dia memang ingin bekerja. Karena sakitnya, dia harus 2 minggu sekali cuci darah. Setiap kali cuci darah, uang banyak keluar. Dia bercerita banyak padaku, dengan sikap yang santai, seolah-olah itu hanyalah masalah sepele.
Kami berbincang-bincang suatu hari di depan kantor. Duduk di tangga marmer, aku bertanya dan dia bercerita. Dia bercerita bahwa penyakitnya ini bisa disembuhkan, tapi dia butuh ginjal yang tepat. Sampai saat itu, ginjal yang tepat itu belum ditemukan.
Di samping bercerita, Pak Yunus juga bertanya padaku. Apakah aku sudah punya pasangan? Di dalam hatiku langsung muncul pertanyaan seperti ini, "Bagaimana mungkin di tengah sakitnya, dia masih begitu perhatian kepada orang lain dan mampu melihat masalah orang lain?"
Aku pun bercerita padanya. Banyak hal yang kuceritakan dan dia betul-betul mendengarkanku. Perhatiannya dan kesederhanaannya dalam bertutur membuat aku terkesima. Dia mengerti apa yang kukatakan, dia benar-benar perwakilan Tuhan di dunia ini. Penuh belas kasihan dan peduli.
Satu hal yang dia pesankan kepadaku. Mungkin kata-katanya tak persis seperti ini. Namun dia pernah berkata, "Non, jangan pernah putus asa. Pasti dapet kok. Doa aja sama Tuhan. Memang susah-susah gampang tapi non pasti dapat."
Wow, berbicara dengannya sekitar 30 menit hari itu membuatku begitu bersyukur. Tuhan kirimkan malaikat-Nya untukku. Namun yang lebih berarti lagi, dia salah satu orang yang paling tidak egois yang pernah aku temukan. Itulah pertama kalinya aku berbincang dengan Pak Yunus secara mendalam. Itu juga yang menjadi perbincangan terakhir kami.
Tak lama setelah itu, dia tidak kelihatan lagi di kantor. Menurut kabar dia pulang ke kampungnya. Sampai akhirnya aku mendengar berita kematiannya ini. Semua yang ada di bawah matahari, tidak ada yang kekal. Namun pelajaran hidup yang dia bagikan akan terus melekat di hatiku.