Thursday, March 16, 2017

Saat Harus Memilih Karir atau Keluarga

Kisah ini dimulai saat suaminya sudah mengajukan surat resign di tempatnya bekerja sekarang. Sebut saja nama sang suami Indra dan nama sang istri Lisa. Mereka berdua hidup di negeri Jiran sebagai suami istri yang akur. Ini perlu ditekankan karena ada kelanjutannya. Baca terus ya…

Awal mulanya sang suami dengan setia bekerja di perusahaan tersebut. Namun, lama-kelamaan terasa sumpek juga. Masa orang lain yang kerjanya lebih baru, bisa mengalami kenaikan gaji. Sedangkan dia sendiri ketika ditanya pada bos, malah dibilang ekonomi lagi susah, sehingga tidak bisa mengalami kenaikan gaji, padahal dia sudah mengabdi lama di perusahaan tersebut.

Menilai tidak ada perbaikan hidup jika terus begini, suami pun mencari pekerjaan di salah satu website lowongan kerja. Ada satu kisah yang menarik saat Indra dipanggil kerja di salah satu perusahaan bonafit di Jakarta. Di saat wawancara, Indra dihadapkan dengan pilihan sulit. Meskipun dia diterima kerja di perusahaan yang baru ini, ada dilema yang harus dihadapinya.

Perusahaan ini tidak memperbolehkannya tinggal bersama sang istri, Lisa. Mereka rada heran juga sih. Biasanya, mendapat fasilitas tempat tinggal, tinggal dengan istri bukankah suatu hal yang lumrah? Apalagi mereka belum punya anak, jadi tidak akan menimbulkan kebisingan. Tentu ini berita berat buat pasangan suami istri yang selama ini selalu bersama. Bagi mereka, ini peraturan yang aneh. Memang sih mereka juga dapat tiket pesawat tiap tiga bulan sekali (lebih tepatnya sang suami, karena warga negara asing). Namun anehnya juga, mobil kantor hanya boleh dipakai dari rumah ke kantor. Selain itu, tidak boleh.

Jika mereka setuju dengan hal ini, suaminya akan langsung diterima bekerja dengan gaji 3x lebih besar dari tempatnya resign ini. Namun, mereka harus membuat keputusan itu dalam satu hari. Akhirnya, setelah perbincangan yang panjang di antara suami istri tersebut, mereka pun memutuskan untuk tidak mau menerima tawaran pekerjaan tersebut.

Ya mau gimana ya, di satu sisi memang dengan segala fasilitas yang didapat, begitu juga gaji yang jauh lebih besar sangat menggiurkan. Di sisi lain, masa suami istri jadi harus berpisah, apalagi mereka lagi program punya anak. Sempat melakukan negosiasi pas interview, tapi perusahaan ini keukeuh tidak memperbolehkan bawa istri.

Sepakat tidak bergabung di perusahaan tersebut, meski melewatkan gaji yang 3x lipat tersebut, Indra pernah menulis begini, “I’m sorry cannot joint with your company only because your rules cannot bring spouse together.” Keren banget kan?

Mereka menempatkan hubungan suami istri di atas gaji yang didapat.

Setelah itu, memang mereka ketar-ketir juga sewaktu sudah mengajukan resign dan mulai mencari yang lain. Ada beberapa panggilan yang dilakukan, sempet ada yang interview-nya lama banget. Namun setelah itu ga ada kabar beritanya.

Ajaibnya, dua minggu sebelum tanggal berhenti kerja (keduanya suami istri sama-sama berhenti dari pekerjaan, mereka bekerja di tempat yang sama), Indra pun diterima di perusahaan baru. Memang di sini gajinya hanya 2x lipat dari tempatnya bekerja dulu namun mereka bisa bersama, merenda kasih sehingga suatu hari Tuhan menitipkan anak kepada mereka yang sudah tujuh tahun menikah. Sekaligus tetap saling berbagi kehidupan sehari-hari. Suatu sikap yang patut dicontoh bukan?

-Apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia-

No comments:

Post a Comment